Jumat, 19 Februari 2010

diagnosis kesulitan belajar matematika

DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA
A. PENGERTIAN MATEMATIKA
Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh tim
penyusun kamus Pusat Pembinaan dan Perkembangan Bahasa disebutkan bahwa
Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan.1
Dalam buku Metodek Matematika, yang diterbitkan oleh Bagian Proyek
Pengembangan Mutu Pendidikan Guru Agama Islam disebutkan bahwa
matematika merupakan suatu pengetahuan yang di peroleh melalui belajar baik
yang berkenaan dengan jumlah, ukuran-ukuran, perhitungan dan sebagainya yang
dinyatakan dengan angka-angka atau simbol- simbol tertentu.2
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan diatas dapatlah
disimpulkan bahwa Matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlahjumlah
yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran yang
dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol.
Banyak orang yang mempertukarkan antara Matematika dengan
Aritmatika atau berhitung. Padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas
1Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta :
Balai Pustaka, 1991),h. 637.
dari pada aritmatika. Aritmatika merupakan bagian dari Matematika. Dari
berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang
studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang tidak berkesulitan
belajar dan lebih- lebih yang mempunyai kesulitan dalam belajarnya.
Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), Matematika adalah simbolis
yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan kuantitatif dan
keruangan yaitu menunjukan kemampuan strategi dalam merumuskan ,
menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah,
sedangkan fungsi teoritisnya untuk memudahkan berfikir. Dalam hal ini
menunjukan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, mengkominikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, grafik, atau diagram untuk menjelaskan keadaan
atau masalah.
Menurut Paling, matematika adalah suatu cara untuk menemukan suatu
jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara menggunakan
pengetahuan tentang menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan
dalam manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan- hubungan.
Berdasarkan pendapat Paling tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
menemukan jawaban atas tiap masalah yang dihadapinya, manusia menggunakan:
1. Informasi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi
2. Pengetahuan tentang bilangan, bentuk dan ukuran
3. Kemampuan untuk menghitung
4. kemampuan untuk mengingat dan menggunakan hubunganhubungan
11
Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah
dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat
matematika lebih ditekankan pada metodenya dari pada pokok persoalan
matematika itu sendiri.3
B. PENGAJARAN MATEMATIKA DI MADRASAH ALIYAH
Pengajaran matematika adalah proses membantu siswa mempelajari
matematika dengan menggunakan perencanaan yang tepat, mewujudkannya
sesuai kondisi yang tepat pula sehingga tercapai hasil yang memuaskan. Hasil
tersebut merupakan tujuan yang telah dirumuskan yang merupakan akibat dari
interaksi antara guru yang mengajar dan murid yang belajar matematika.4
Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas guru harus
bisa merencanakan pembelajaran dengan tepat, mewujudkannya dalam kondisi
yang tepat, metode mengajar yang tepat, serta didukung oleh media pembelajaran
yang tepat pula.
Pendekatan dan strategi pembelajaran hendaknya mengikuti kaidah
pedagogi secara umum, yaitu pembelajaran diawali dari kongkret ke abstrak, dari
sederhana kekompleks, dari yang mudah kesulit dengan menggunakan berbagai
sumber belajar. Belajar akan bermakna bagi peserta didik apabila mereka aktif
dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri
pengetahuannya. Dengan demikian, suatu rumus, konsep atau prinsip dalam
matematika, seyogyanya dapat ditemukan oleh peserta didik dengan bimbingan
guru. Pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik untuk menemukan
kembali membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan
sesuatu. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran matematika. Masalah tak harus tertutup atau mempunyai solusi
tunggal, tetapi dapat terbuka atau dicoba diselesaikan dengan berbagai cara
misalnya dengan mengumpulkan dan menganalisis data, dengan metode cobacoba
atau dengan cara induktif dan deduktif.
Masalah matematika dapat diklasifikasikan kedalam dua jenis, yaitu:
1. Soal mencari (Problem to find), yaitu mencari, menentukan atau
mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan
memberi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Objek yang
ditanyakan atau dicari , syarat- syarat yang memenuhi soal, data atau
informasi yang diberikan merupakan bagian terpenting atau pokok dari
sebuah soal mencari dan harus dipahami serta dikenali dengan baik pada
saat awal memecahkan masalah.
2. Soal membuktikan (problem to prove), yaitu prosedur untuk menentukan
apakah suatu pernyataan benar atau tidak benar. Soal membuktikan terdiri
atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian dilakukan dengan
membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju
kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan bahwa suatu pernyataan tidak
13
benar cukup diberikan contoh penyangkalnya sehingga pernyataan
tersebut menjadi tidak benar.5
Berbagai ketrampilan diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
memecahkan masalah antara lain:
1. Memahami soal: memahami dan mengidentifikasi apa fakta atau informasi
yang diberikan, apa yang ditanyakan, diminta untuk dicari atau dibuktikan.
2. Memilih pendekatan atau strategi pemecahan. Misalnya menggambarkan
masalah dalam bentuk diagram, memilih dan menggunakan pengetahuan
aljabar yang diketahui dan konsep yang relevan untuk membentuk model
atau kalimat matematika.
3. Menyelesaikan model: melakukan operasi hitung secara benar dalam
menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi dan masalah.
4. Menafsirkan solusi: memperkirakan dan memeriksa kebenaran jawaban,
masuk akalnya jawaban, dan apakah memberikan pemecahan terhadap
masalah semula.6
Dalam pembelajaran, guru dapat mengkombinasikan berbagai strategi
belajar mengajar di dalam kelas, seperti:
1. Ekspositori dan ceramah, yaitu suatu metode mengajar dalam penyajian
pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan
secara langsung terhadap siswa. Metode ini tidak efektif sehingga perlu
diimbangi dengan bentuk kegiatan lainnya.
5 Departemen Agama RI, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Matematika Madrasah
Aliyah, (Jakarta : Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004), h. 260.
6 Ibidi, h. 264.
14
2. Penyelidikan atau penemuan sendiri (inquiry), melatih peserta didik untuk
menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep dan
pemecahan masalah matematika, misalnya menyelidiki pola, meyesuaikan
soal dengan berbagai cara memecahkan soal- soal yang dibuat sendiri.
3. Pengelolaan peserta didik, kerja perseorangan mendorong peserta didik
untuk belajar sendiri, kelompok kecil dapat dilakukan dengan bekerja
secara bersama- sama.
4. Penugasan, misalnya memberi tugas kepada peserta didik untuk mencari
sumber informasi keperpustakaan, memproduksi sumber belajar sendiri,
menerapkan sistem kelompok kerja peserta didik dan menata bentuk kelas
yang sesuai.
5. Permainan, yaitu mengenalkan atau menggunakan konsep matematika
melalui berbagai bentuk permainan.7 Metode ini digunakan agar siswa
dalam belajar tidak mengalami kejenuhan.
Setiap madrasah mempunyai ciri khas lingkungan belajar, kelompok
peserta didik, dan orang tua (sebagai anggota masyarakat) yang berbeda-beda.
Untuk itu para guru diharapkan mengenali hal ini untuk bisa menetapkan strategi
pembelajaran, organisasi kelas, dan pemanfaatan sumber belajar yang efektif.
C. PENGERTIAN BELAJAR DAN KESULITAN BELAJAR
Ada beberapa teori yang mengungkapkan pengertian belajar dengan
meninjau dari bermacam-macam sudut,diantaranya menurut Moh. Uzer Usman
7 Ibid, h. 265.
15
dan Lilis Setiawati mengemukakan belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku atau kecakapan manusia. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketiga aspek yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor.8
Cronbach berpendapat bahwa Learning is shown by change in behavior, as
a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut Dr. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. 9
Sedangkan Sadirman dalam bukunya mengemukakan tentang pengertian
belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar adalah usaha
merubah segala aspek organisme dan tingkah laku seseorang.10
Dari beberapa pendapat oleh para ahli tentang pengertian belajar yang
telah dikemukakan diatas dapat dipahami bahwa belajar merupakan suatu kegiatan
atau aktifitas seseorang melalui proses pendidikan dan latihan, sehingga
menimbulkan terjadinya beberapa perubahan dan perkembangan pada dirinya baik
pengetahuan, tingkah laku, dan keterampilan untuk menuju kearah yang lebih
baik.
Dalam proses belajar mengajar disekolah, baik Sekolah Dasar, Sekolah
Menengah, maupun Perguruan Tinggi sering kali ada dijumpai beberapa
siswa/mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Dengan demikian
masalah kesulitan dalam belajar itu sudah merupakan problema umum yang khas
dalam proses pembelajaran11.
Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung
secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang- kadang tidak. Kadang-kadang dapat
dengan cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit.
Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang juga sulit
mengadakan konsentrasi. Karena setiap individu memang tidak ada yang sama.
Perbedaan individual inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar
dikalangan anak didik. Dalam keadaan dimana anak didik/ siswa tidak dapat
belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut kesulitan belajar.12
Kesulitan belajar tidak selalu disebabkan oleh faktor inteligensi yang
rendah (kelainan mental), akan tetapi juga disebabkan oleh faktor- faktor noninteligensi.
Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan
belajar.13
Disetiap sekolah dalam berbagai jenis dan tingkatan pasti memiliki anak
didik yang berkesulitan belajar. Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu
dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain muncul lagi kesulitan belajar anak didik
yang lain.
Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala yang
nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding dengan
prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan suatu
kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan- hambatan
tertentu dalam mencapai hasil belajar.14
M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran
siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang
dihadapi oleh siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan
atau ditugaskan oleh seorang Guru.15
Berhubungan dengan pelajaran matematika, siswa yang mengalami
kesulitan belajar antara lain disebabkan oleh hal- hal sebagai berikut:
1. Siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar.
Siswa belum sampai keproses abstraksi dan masih dalam dunia konkret.
Dia belum sampai kepemahaman yang hanya tahu contoh- contoh,
tetapi tidak dapat mendeskripsikannya.
14 Warkitri, dkk., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar,(Jakarta : Karunika UT, 1990), h.8
15 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya,1995), h. 88
18
2. Siswa tidak mengerti arti lambang- lambang
Siswa hanya menuliskan/ mengucapkan tanpa dapat menggunakannya.
Akibatnya, semua kalimat matematika menjadi tidak berarti baginya.
3. Siswa tidak dapat memahami asal- usul suatu prinsip
Siswa tahu apa rumusnya dan menggunakannya, tetapi tidak
mengetahui dimana atau dalam konteks apa prinsip itu digunakan.
4. Siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur.
Ketidaksamaan menggunakan operasi dan prosedur terdahulu
berpengaruh kepada pemahaman prosedur lainnya.
5. Ketidaklengkapan pengetahuan
Ketidaklengkapan pengetahuan akan menghambat kemampuan siswa
untuk memecahkan masalah matematika, sementara itu pelajaran terus
berlanjut secara berjenjang.16
D. DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesultan belajar siswa,
guru sangat dianjur untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya
mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan
kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya
seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni
jenis kesulitan belajar siswa.
16 M. Sholeh, Pokok- pokok Pengajaran Matematika di Sekolah, (Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998),h. 39- 40.
19
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas
langkah-langkah tertentu yang diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar
jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai
“diagnostik” kesulitan belajar.17
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru antara lain
yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang
dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa
ketika mengikuti pelajaran.
2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa, khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar.
3. Mewawancarai orang tua/ wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
5. Memberikan tes kemampuan inteligensi (IQ) khususnya kepada siswa
yang diduga mengalami kesulitan belajar.
Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono,diagnosis pun
dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
1. Keputusan mengenai jenis- jenis kesulitan belajar anak (berat dan
ringannya).
17 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,(Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), h.167.
20
2. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi penyebab kesulitan
belajar.
3. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
E. FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR
Banyak sudah para ahli yang mengemukakan faktor- faktor penyebab
kesulitan belajar dengan sudut pandang mereka masing- masing. Ada yang
meninjau dari sudut intern anak didik dan ada yang meninjau dari sudut ekstern
anak didik.18
Menurut Muhibbin Syah faktor- faktor anak didik meliputi gangguan atau
kekurangmampuan psiko-fisik anak didik, yaitu sebagai berikut:
1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/inteligensi anak didik.
2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi
dan sikap.
3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti
terganggunya alat- alat indera penglihatan dan pendengaran (mata
dan telinga).
Sedangkan faktor- faktor ekstern anak didik meliputi semua situasi dan
kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar anak didik,
sebagai berikut:
18 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta,2002), h.201.
21
1. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan
antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh
(slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk, kondisi guru serta alat- alat belajar yang berkualitas
rendah.
Adapun faktor- faktor penyebab kesulitan belajar yang bersifat khusus,
seperti sindrom psikologis berupa Learning Disability (ketidakmampuan belajar).
Sindrom adalah suatu gejala yang timbul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis yang menimbulkan kesulitan belajar anak didik. Misalnya: disleksia yaitu
ketidakmampuan dalam belajar membaca, disgrafia yaitu ketidakmampuan
menulis, diskalkulia yaitu ketidakmampuan belajar matematika.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya menjelaskan faktor
kesulitan belajar dari anak didik meliputi:
1. Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek dalam belajar. Dialah yang merasakan langsung
penderitaan akibat kesulitan belajar. Kesulitan belajar yang dialami oleh anak
didik tidak hanya bersifat menetap, tetapi juga yang bisa dihilangkan dengan
usaha- usaha tertentu. 19
Faktor penyebab kesulitan belajar anak didik ini adalah:
a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik
19 Ibid, h. 203
22
b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang diberikan
oleh guru
c. Aktifitas belajar yang kurang, lebih banyak malas daripada melakukan
aktifitas belajar
d. Kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penguasaan ilmu
pengetahuan pada tingkat hafalan tidak dengan pengertian.
e. Tidak ada motivasi dalam belajar, sehingga materi pelajaran sukar diterima
dan diserap oleh anak didik.
2. Faktor Sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan
rumah rehabilitasi anak didik. Sebagai lembaga pendidikan yang besar tentunya
sekolah juga mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyamanan dan
ketenangan anak didik dalam belajar sangat ditentukan oleh kondisi dan sistem
sosial dalam menyeiakan lingkungan yang kondusif. Bila tidak, sekolah akan ikut
terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.
Faktor- faktor penyebab kesulitan belajar dari sekolah seperti
a. Pribadi guru yang tidak baik
b. Guru yang tidak berkualitas dalam pengambilan metode yang digunakan
dalam mengajar
c. Suasana sekolah yang kurang mnyenangkan, misalnya bising karena letak
sekolah berdekatan dengan jalan raya
d. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang20
20 Ibid, h. 207.
23
e. Perpustakaan belum lengkap dengan buku- buku pelajarannya untuk anak
didik
Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono dalam bukunya menjelaskan
bahwa faktor penyebab kesulitan belajar meliputi:
1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri ) yang meliputi:
a. Faktor fisiologi
1. Karena Sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima
melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih- lebih sakitnya lama,
sarafnya akan bertambah lemah.
2. Karena kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat,
pikiran terganggu. Karena hal- hal tersebut maka dalam penerimaan
pelajaran pun kurang karena saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal
memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi baha
pelajaran melalui indranya. Oleh karena itu, seorang guru atau petugas
diagnistik harus meneliti kadar gizi makanan dari anak.
3. Sebab karena cacat
Cacat tubuh dibedakan atas:
a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan
dan gangguan psikomotor.
24
b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangannya
dan kakinya.
b. Faktor psikologi
1. Inteligensi
Inteligensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Dalam
hubungannya dengan anak didik, hal ini sering dikaitkan dengan berhasil
tidaknya anak dalam belajar di sekolah. Anak yang IQ-nya tinggi dapat
menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Semakin tinggi IQ
seseorang akan makin cerdas pula. Mereka yang mempunyai IQ kurang
dari 90 tergolong lemah mental (mentally defective).Anak inilah yang
mengalami kesulitan belajar.
2. Bakat
Bakat adalah kemampua potensial yang dimiliki oleh seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap individu
mempunyai bakat yang berbeda- beda. Bakat dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar anak didik. Seseorang akan mudah
mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya. Apabila seorang anak harus
mempelajari bahan yang lain dari bakatnya akan cepat bosan, mudah
putus asa, tidak senang. Hal- hal tersebut akan tampak pada anak yang
suka mengganggu kelas, berbuat gaduh, tidak mau belajar sehingga
nilainya rendah.
25
3. Minat
Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan timbul
kesulitan belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai
dengan bakat nya, tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan
kecakapan, tidak sesuai dengan tipe-tipe khusus anak banyak
menimbulkan problem pada dirinya. Karena itu pelajaran pun tidak
pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timbul kesulitan belajar.21
4. Motivasi
Motivasi sebagai faktor inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya
akan semakin besar kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar
motivasinya akan giat berusaha, tampak gigih, tidak menyerah, giat
membaca buku untuk meningkatkan prestasinya. Sebaliknya mereka
yang motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa,
perhatiannya tidak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering
meninggalkan pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar.
2. Faktor ekstern
a. Faktor keluarga
21Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.
83.
26
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga
juga merupakan salah satu penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk
dalam faktor keluarga ini adalah :
a) Orang tua
Kewajiban dari orang tua adalah mendidik anaknya. Orang tua yang
kurang/ tidak memperhatikan pendidikan anaknya, mungkin acuh tak
acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak- anaknya akan
menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Hubungan antara orang tua
dengan anak juga harus harmonis. Karena hal ini juga membantu
keberhasilan dalam belajar mereka.
b) Suasana rumah / keluarga
Suasana rumah yang ramai atau gaduh tidak mungkin membuat anak
akan dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya,
sehingga sukar untuk belajar. Oleh karena itu suasana rumah harus
dibuat menyenangkan, tentram, damai dan harmonis.
c) Keadaan ekonomi keluarga
Biaya merupakan faktor yang sangat penting bagi kelangsungan
pendidikan anak. Misalnya untuk membeli peralatan sekolah seperti
buku, pensil dan lain sebagainya. Karena kurangnya biaya maka
pendidikan mereka juga akan terhambat.
b. Sekolah
Sekolah merupakan salah satu tempat anak- anak dalam menuntut ilmu.
Unsur- unsur yang ada didalamnya pun juga berpengaruh dalam
27
keberhasilan belajar siswa. Diantaranya guru, sarana/ prasarana, kondisi
gedung sekolah, kurikulum yang digunakan, waktu yang kurang
disiplin.22
c. Media massa dan lingkungan sosial
a) Media Massa
Media massa seperti TV, bioskop, tabloid, komik sangat
mempengaruhi proses belajar anak. Semakin seringnya anak
menonton TV/ bioskop, membaca komik dan lain sebagainya
membuat anak akan semakin malas untk belajar.
b) Lingkungan sosial
Lingkungan social seperti teman bergaul, keadaan masyarakat,
pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Hal
ini juga merupakan penyebab anak mengalami kesulitan belajar serta
akan menghambat proses hasil belajar anak.
22 Ibid, h. 91
28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar